
![]() |
PELAKSANAAN
SHALAT : Bupati Kab Sergai Ir H Soekirman didampingi
oleh Wabup Kab setempat Darma Wijaya, pada saat mengikuti Shalat Idul Fitri
1439 H , di Lapangan Bola Kaki Desa Firdaus Kecamatan Sei Rampah, Jumat (15
/06) 2018.
GenerasiNews.com – Sei Rampah.
Bupati Kabupaten
Serdang Bedagai (Kab Sergai) ir H Soekirman, di dampingi oleh Wakil Bupati
(Wabup) Kab setempat Darma Wijaya,
menghadiri Pelaksanaan Shalat Idul Fitri 1439 H, di Lapangan Bola Kaki
Desa Firdaus Kecamatan Sei Rampah, Jumat (15 /06) 2018.
Pelaksanaan Shalat
tersebut di hadiri oleh Bupati Kab Sergai Ir H Soekirman, di dampingi oleh
Wagub Kab setempat Darma Wijaya, Sekretaris Daerah Kabupaten (Sekdakab) Sergai
Drs Hadi Winarno MM, para unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (FKPD) Kab
setempat,Ketua TP PKK Kab Sergai Ny Hj Marliah Soekirman, Ketua GOPTKI Kab setempat Ny Hj Rosmaida Darma Wijaya,
Ketua DPW Kab Sergai Ny Hj drg Khairani
Hadi Winarno, para Asisten Bupati , Staf Ahli Bupati, para Kepala Organisasi Pimpinan Daerah (OPD) , para Camat serta ratusan warga masyarakat Kecamatan Sei Rampah.
Bertindak sebagai Imam
Shalat Idul Fitri Muhammad rahim, MA, dan Khutbah disampaikan oleh
Kakan Kemenag Sergai Dr. H. Syafi'i, MA.
Dalam Khutbah Idul
Fitri 1 Syawal 1439 H yang disampaikan oleh Kakan Kemenag Sergai Dr. H.
Syafi'i, MA dengan Thema " Berbekal dan Beribadah Sebagai Persiapan Mudik
ke Kampung Abadi" menuturkan bahwa bila kita renungkan sejenak tentu masih
segar dalam ingatan bagaimana suasana kelurga kita dalam Bulan Suci Ramadhan.
Misalnya saja ketika dalam bersahur, demikian juga suasana pada saat menunggu buka puasa tiba.
Lepas Ramadhan, bukan
berarti lepas pula tanggung jawab kita dalam perjuangan menjaga keutuhan fitrah
dan membina takwa. Seruan Allah SWT tentang shiam tidak hanya bersifat upacara
tapi juga merupakan ibadah yang mengandung makna mendalam bagi kehidupan
pribadi dan sosial kemasyarakatan. Tugas dan perjuangan kita justru
melestarikan nilainya. Idul Fitri yang kita Rayakan mulai pada Hari ini, berarti kita kembali kepada
fitrah, jangan dikotori dengan berbagai noda dan dosa.
Dalam waktu seminggu
ini saudara-saudara kita mudik ke kampung halaman, bertemu dengan orang tua dan
sanak keluarga. Mereka datang membawa beban berat untuk dibagi-bagikan. Mereka
berangkat dengan suka rela, menempuh perjalanan yang jauh dan melelahkan dengan
suka cita.
Demikian juga
seharusnya, setiap saat kita harus mempersiapkan diri mudik ke kampung abadi,
menemui Allah yang kita cintai. Tetapi sungguh aneh perbuatan, ketika kita
kembali terkadang membawa beban dosa dan kemaksiatan untuk diperiksa dan
ditimbang dihadapan Tuhan Yang Maha Adil. Setiap saat ketika maut menjemput
kita harus pergi dengan terpaksa. Kita akan menempuh perjalanan yang panjang
dan mengerikan.
Imam Zainal Abidin
cucu Rasulullah SAW berkata " ada tiga saat yang paling menakutkan yang
harus dialami anak adam. Pertama, saat ketika kita menyaksikan malaikat maut
datang mencabut nyawa, kedua saat ketika kita bangun dari alam kubur dan ketiga
saat ketika kita berdiri dihadapan Allah SWT tidak jelas apakah kita akan
diberi surga atau neraka.
Itulah perjalanan
mudik kita. Stasiun yang pertama ialah kematian, saat malaikat maut menjemput
kita. Pada waktu kita akan dihadapkan pada harta kekayaan yang kita miliki.
Kita akan berkata "Demi Allah, dahulu aku mengumpulkan kamu dengan susah
payah, sekarang apa yang akan kamu berikan kepadaku? Harta akan menjawab "
ambilah dariku kain kafanmu".
Kita tidak tahu, pada
kematian yang mana kita akan berada. Apakah kita akan mati dalam pelukan kasih
sayang Allah SWT ataukah dalam deraan malaikat maut dan kemurkaan Tuhan? Kita
juga tidak tahu apakah kita akan bangkit dari kubur dengan wajah-wajah yang
ketakutan atau wajah-wajah yang berseri penuh kegembiraan? Kita sudah bekerja
sepanjang tahun mengumpulkan bekal untuk mudik yang hanya beberapa hari.
Usai melaksanakan
shalat Idul Fitri dilanjutkan dengan saling bersalam-salaman. (Msp).